PENGGUNAAN HYPNOTEACHING DALAM PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN MINAT SISWA TERHADAP PELAJARAN SENI TARI DI SEKOLAH DASAR


MINI PAPER
PENGGUNAAN HYPNOTEACHING DALAM PEMBELAJARAN
UNTUK MENINGKATKAN MINAT SISWA
TERHADAP PELAJARAN SENI TARI DI SEKOLAH DASAR

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah pendidikan seni tari dan drama

Dosen : Rosarina Giyartini, M.Pd.







UPIedit








Oleh:
Dede Nurhidayah
1204128
Interest Matematika 6




UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS TASIKMALAYA
2015



KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Allah SWT atas petunjuk, rahmat, dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan mini paper mengenai Penggunaan Hypnoteaching dalam Pembelajaran untuk Meningkatkan Minat Siswa terhadap Pelajaran Seni Tari di Sekolah Dasar tanpa ada halangan apapun sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Kami sangat berharap mini paper ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai pembelajaran seni tari di Sekolah Dasar serta bagaimana meningkatkan minat siswa terhadap pelajaran seni tari. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dalam mini paper ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan mini paper yang telah dibuat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga mini paper sederhana ini dapat dipahami oleh siapapun yang membacanya. Sekiranya mini paper yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Tasikmalaya, Mei 2015

Penyusun



DAFTAR ISI






Penggunaan Hypnoteaching dalam Pembelajaran untuk Meningkatkan Minat Siswa Terhadap Pelajaran Seni Tari di Sekolah Dasar
Oleh:
Dede Nurhidayah (1204128)

A.    Pendahuluan

Di Sekolah Dasar, seni tari merupakan salah satu materi yang termuat dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan. Mata pelajaran ini sesuai dengan karakteristik siswa di Sekolah Dasar yang banyak bergerak dan mempunyai daya imajinasi yang tinggi. Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 disebutkan bahwa,
Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan diberikan di sekolah karena keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan peserta didik, yang terletak pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi/berkreasi dan berapresiasi melalui pendekatan: “belajar dengan seni,” “belajar melalui seni” dan “belajar tentang seni.”
Sebagai seorang guru atau calon guru SD harus menguasai seluruh mata pelajaran tak terkecuali SBK (Seni Budaya dan Keterampilan) yang mencakup seni tari. Tari merupakan salah satu cabang seni, dimana media yang digunakannya adalah tubuh, dengan atau tanpa diiringi bunyi. Tari juga merupakan alat ekspresi manusia sebagai media komunikasi dan dapat dinikmati oleh siapa saja dan kapan saja.
Pada saat pembelajaran seni tari berlangsung, siswa sering kali kurang berkonsentrasi dalam mengikuti proses pembelajaran, sehingga materi yang disampaikan guru kurang dikuasai oleh siswa. Maka dari itu, diperlukan suatu cara yang strategis guna memecahkan permasalahan tersebut yang dinamakan hypnoteaching. Dalam mini paper ini, akan dijelaskan apa yang dimaksud dengan hypnoteaching dan bagaimana penerapannya dalam proses pembelajaran.

B.     Pendidikan Seni Tari di Sekolah Dasar

Pendidikan seni tari di SD pada dasarnya mencakup keterampilan gerak berdasarkan olah tubuh dengan dan tanpa diiringi bunyi. Tujuan yang hendak dicapai pada pembelajaran tari di sekolah bukan hanya menjadikan anak bisa menari, akan tetapi bagaimana bisa menumbuhkan apresiasi siswa terhadap tari serta tumbuhnya kepercayaan diri sebagai unsur penting dalam mengembangkan kepribadian. Jadi yang diperlukan dalam proses pembelajaran adalah mengasah keberanian siswa untuk mengeksplorasi pengalaman estetis tanpa dibebani persoalan teknis.
Menurut Dewantara (dalam Mirantiyo, 2012) Tari anak-anak akan memberi pengaruh terhadap ketajaman pikiran, kehalusan rasa dan kekuatan kemauan serta memperkuat rasa kemerdekaan. Steiner (dalam Mirantiyo, 2012) juga mengatakan bahwa pengaruh ritme atau wirama dalam iringan tari akan dapat digunakan sebagai media untuk mencapai budipekerti yang harmonis.
Dari pendapat-pendapat tersebut dapat ditunjukkan bahwa pendidikan tari adalah sarana dalam pembentukan kepribadian anak. Hal ini mengingat usia anak-anak di tingkat SD secara umum haus akan ekspresi dan harus disalurkan dalam pendidikan kesenian sehingga tidak terjadi penyimpangan dalam penuangan ekspresi ketika anak SD tersebut melanjutkan ke sekolah lanjut. Di sinilah pentingnya pelajaran kesenian dipahami sebagai salah satu kebutuhan hidup manusia.

C.    Hypnoteaching

Hypnoteaching merupakan perpaduan dua kata “hypnos” yang berarti menyugesti dan “teaching” yang berarti mengajar. Dari kedua istilah tersebut dapat disimpulkan bahwa hypnoteaching adalah perpaduan pembelajaran yang melibatkan pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Dengan hypnoteaching siswa diberi sugesti agar prestasi belajarnya meningkat. Hal ini diupayakan dengan mengajak siswa menggunakan kalimat-kalimat positif dan membuat suasana belajar yang menyenangkan.
Menurut Nurdin (2012) setiap manusia selalu menggunakan dua pikiran dalam melakukan aktivitasnya, yaitu:
1.      Pikiran sadar (conscious mind) atau otak kiri, yang berfungsi sebagai pikiran yang analitis, rasional, kekuatan kehendak, faktor kritis, dan memori jangka pendek.
2.      Pikiran bawah sadar (sub conscious mind) atau otak kanan, yang berfungsi dalam menyimpan memori jangka panjang, emosi, kebiasaan, dan intuisi.
Kedua bagian pikiran ini berisi program-program yang berdampak pada tindakan dan perilaku. Di antara pikiran sadar dan pikiran bawah sadar, terdapat filter atau pembatas yang disebut dengan istilah RAS (Reticular Activating System). RAS bertugas memfilter data dan program-program yang akan masuk maupun keluar pada pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Semua aktivitas yang bersifat otomatis programnya akan disimpan di dalam pikiran bawah sadar.
Proses tersebut berlangsung secara terus-menerus, sehingga menjadi suatu program yang tersimpan di dalam pikiran bawah sadar dan bekerja secara otomatis. Namun, setelah menjadi program, dibutuhkan usaha yang lebih besar untuk mengubahnya dibanding ketika membuatnya. Perintah yang dibuat oleh pikiran sadar dan bertentangan dengan program yang telah ada akan ditolak atau tidak dilaksanakan. Hal itu bisa dibuktikan ketika seseorang berjanji tidak akan melakukan sesuatu. Seseorang melanggar janji yang telah dibuatnya dikarenakan janji yang diucapkan tidak sesuai dengan program yang ada di dalam pikiran bawah sadarnya.
Dengan hypnoteaching siswa akan dapat berkonsentrasi secara bersama-sama sesuai dengan aturan yang diberlakukan guru. Selain itu, minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran seni tari juga akan meningkat. Melalui hypnoteaching proses pembelajaran dibuat menyenangkan dan diharapkan minat siswa dalam mengikuti mata pelajaran seni tari dapat meningkat. Jika siswa merasa senang saat mengikuti sebuah proses pembelajaran, kemungkinan besar minat siswa terhadap mata pelajaran tersebut akan meningkat. Di dalam pembelajaran melalui hypnoteaching peran guru menjadi penentu berhasil tidaknya sebuah proses pembelajaran.
Adapun beberapa kelebihan hypnoteaching menurut Amalia (2014) dalam kegiatan belajar mengajar untuk meningkatkan hasil proses belajar mengajar adalah:
1.      Proses belajar mengajar yang lebih dinamis dan ada interaksi yang baik antara pendidik dan peserta didik.
2.      Peserta didik dapat berkembang sesuai dengan bakat dan minatnya.
3.      Proses pemberian ketrampilan banyak diberikan disini.
4.      Proses pembelajarannya lebih beragam.
5.      Peserta didik dapat dengan mudah menguasai materi, karena termotivasi lebih untuk belajar.
6.      Pembelajaran bersifat aktif.
7.      Pemantauan terhadap peserta didik lebih intensif.
8.      Peserta didik lebih dapat berimajinasi dan berfikir kreatif.
9.      Peserta didik akan melakukan pembelajaran dengan senang hati.
10.  Daya serapnya lebih cepat dan lebih bertahan lama, karena peserta didik tidak menghafal.
11.  Perhatian peserta didik akan tersedot penuh terhadap materi.
Hypnoteaching memiliki banyak kelebihan, namun metode ini juga memiliki hambatan. Adapun hambatan yang dalam pelaksanaan metode hypnoteaching ini diantaranya sebagai berikut:
1.      Metode ini belum banyak digunakan oleh para pendidik di Indonesia.
2.      Banyaknya peserta didik yang ada disebuah kelas, menyebabkan kurangnya waktu dari pendidik untuk memberi perhatian satu per satu peserta didiknya.
3.      Perlu pembelajaran agar pendidik bisa melakukan Hypnoteaching.
4.      Tidak semua pendidik menguasai metode ini. Kurangnya sarana dan prasarana yang ada disekolah.
Semua hambatan tersebut sebenarnya mampu untuk diminimalisir jika semua pihak saling mendukung. Contohnya saja persepsi masyarakat Indonesia yang terlanjur menganggap hipnotis adalah hal yang negatif. Jika saja masyarakat Indonesia lebih membuka pikiran untuk hal-hal yang baru, bukan tidak mungkin, hypnoteaching akan menjadi metode pendidikan yang mampu meningkatkan kecerdasan sumber daya manusia Indonesia.

D.    Implementasi Pembelajaran Hypnoteaching dalam Mata Pelajaran SBK Khususnya Seni Tari di Sekolah Dasar

Untuk menerapkan metode pembelajaran ini pastilah guru harus menguasai seluruh aspek dalam pembelajaran, dengan begitu proses belajar mengajar dengan hypnoteaching dapat dilaksanakan dengan baik. Menurut Umar (t.t.) langkah-langkah yang dapat ditempuh agar dapat menerapkan metode hypnoteaching adalah:
a.       Niat dan motivasi dalam diri. Kesuksesan seseorang tergantung pada niat seseorang untuk bersusah payah dan kerja keras dalam mencapai kesuksesan tersebut.
b.      Pacing. Pacing berarti menyamakan posisi, gerak tubuh, bahasa, serta gelombang otak dengan orang lain atau peserta didik.
c.       Prinsip dasar di sini adalah “manusia cenderung, atau lebih suka berkumpul / berinteraksi dengan sejenisnya / memiliki banyak kesamaan”. Secara alami dan naluriah, setiap orang pasti akan merasa nyaman dan senang untuk berkumpul dengan orang lain. Dengan kenyamanan yang bersumber dari kesamaan gelombang otak ini, maka setiap pesan yang disampaikan dari orang satu pada orang-orang yang lain akan dapat diterima dan dipahami dengan sangat baik.
d.      Leading. Leading berarti memimpin atau mengarahkan setelah proses pacing kita lakukan. Setelah melakukan pacing, maka peserta didik akan merasa nyaman dengan kita.
e.       Gunakan kata positif. Penggunaan kata positif ini sesuai dengan cara kerja pikiran bawah sadar yang tidak mau menerima kata negatif. Kata-kata yang positif dari pendidik dapat membuat peserta didik merasa lebih percaya diri dalam menerima materi yang diberikan.
f.       Berikan pujian. Salah satu hal yang penting dalam pembelajaran adalah adanya ‘reward and punisment’.
g.      Modeling. Modeling adalah proses memberi tauladan atau contoh melalui ucapan dan perilaku yang konsisten.
Selain ditunjang oleh tenaga guru untuk memaksimalkan keberhasilan metode ini, salah satu unsur hipnotis dalam proses pembelajaran adalah menggunakan alat peraga atau mengeluarkan ekspresi diri. Salah satu contohnya adalah dengan menggunakan teknik cerita dan kisah tentang orang-orang sukses sebagai upaya untuk memotivasi siswa. Dan juga ingatkan para siswa untuk menemukan motivasinya sendiri. Metode dalam hypnoteaching tidak bisa langsung diterapkan oleh semua guru. Guru harus memiliki keterampilan untuk menghipnotis siswa dengan benar agar hasilnya memuaskan.



DAFTAR PUSTAKA


Amalia, Rifka. (2014). Pemaksimalan Hasil Belajar Mangajar. [Online]. Diakses dari http://rifkaamilia.blogspot.com/2014/03/pemaksimalan-hasil-belajar-mengajar.html.
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
Mirantiyo, Yoki. (2012). Memperkenalkan Tari pada Anak. [Online]. Diakses dari http://yokimirantiyo.blogspot.com/2012/12/memperkenalkan-tari-pada-anak.html.
Nurdin, Bahren. (2012) Hypnoteaching Metode Pengajaran Terdahsayat. [Online]. Diakses dari https://bahren13.wordpress.com/2012/10/12/hypno-teaching-metode-pengajaran-terdahsyat/
Umar, Zaimah. (t.t). Penggunaan Model Pembelajaran Hypnoteaching dalam Mata Pelajaran Aqidah Akhlak. [Online]. Diakses dari http://bdkpadang.kemenag.go.id/index.php? option=com_content&view=article&id=469:penggunaan-model-pembelajaran-hypnoteaching-dalam-mata-pelajaran-aqidah-akhlak&catid=41:top-headlines.


Comments

Popular posts from this blog

LAPORAN HASIL OBSERVASI PENGELOLAAN KELAS DI SDI AL-AZHAR 33 TASIKMALAYA

LAPORAN OBSERVASI PENYIMPANGAN PERILAKU ANAK SD

LAPORAN KARYA WISATA ILMIAH KE YOGYAKARTA